Pernahkah Anda mendengar pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) atau ruang perawatan intensif secara sengaja diberi obat sedasi.  Hal ini pernah ramai diperbincangkan karena pasien COVID-19 kritis yang dirawat di ICU disebut dengan sengaja dibuat tertidur. Apakah alasan dibalik hal tersebut dan apakah semua pasien yang dirawat di ICU perlu dengan sengaja diberi obat sedasi?

Istilah dibuat tertidur ini mungkin kurang tepat. Pasien-pasien tersebut sebenarnya dilakukan pembiusan oleh dokter anestesi sehingga pasien tertidur dalam yang menyerupai kondisi koma, tidak merasakan nyeri, dan relaksasi sepenuhnya. Pasien-pasien yang dirawat di ICU umumnya merupakan pasien-pasien kritis yang tidak dapat bernapas dengan baik atau mengalami penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran tersebut bukan berarti sepenuhnya tidak sadar, namun bisa jadi mengantuk atau gelisah. Pasien yang tidak dapat bernapas spontan dengan baik dan mengalami penurunan kesadaran akan membutuhkan bantuan pernapasan yang umumnya berupa pipa napas yang kemudian disambungkan dengan ventilator. Pemasangan pipa napas akan sulit dilakukan pada pasien yang masih sadar atau gelisah karena rasa tidak nyaman dan mereka cenderung akan mencabut pipa napas tersebut. Padalah, pemasangan pipa napas yang baik akan membantu meningkatkan penghantaran oksigen dari ventilator ke paru-paru pasien. Oleh karena itu, beberapa pasien kritis yang membutuhkan bantuan napas dengan ventilator umumnya secara sengaja dibuat tidak sadar/ tidur dalam oleh dokter anestesi menggunakan pembiusan.

Alasan lainnya adalah untuk menurunkan kebutuan oksigen dan metabolisme pasien. Pasien yang mengalami penyakit kritis umumnya merasakan nyeri hebat dan kecemasan sehingga muncul respon simpatis tubuh berupa peningkatan konsumsi oksigen, denyut jantung yang cepat, dan metabolisme yang lebih tinggi. Pembiusan yang diberikan oleh dokter anestesi ini akan memberikan pasien rasa nyaman dan secara tidak langsung menurunkan kebutuhan oksigen dan metabolisme pasien sehingga pemulihan lebih cepat terjadi.

Anda tidak perlu khawatir karena dokter akan tetap memantau dan memberikan terapi serta nutrisi sesuai kebutuhan pasien meskipun pasien dalam pembiusan. Kondisi pasien akan terus dipantau dan apabila telah membaik maka pembiusan akan dikurangi secara bertahap sehingga pasien dapat sadar sempurna kembali.

Penulis:

dr. Putu Agus Surya Panji, Sp.An, KIC

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah

Sumber:

Aitken LM, Bucknall T, Kent B, Mitchell M, Burmeister E, dan Keogh SJ. Protocol-directed sedation versus non-protocol-directed sedation in mechanically ventilated intensive care adults and children. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2018; 11.

Hughes CG, McGrane S, dan Pandharipande PP. Sedation in intensive care settings. Clin Pharmacol. 2012; 4:53-63.

Olsen HT, Nedergaard HK, Strom T, Oxlund J, Wian K-A, Ytrebo LM, Kroken BA, dkk. Nonsedation or Light Sedation in Critically Ill, Mechanically Ventilated Patients. The New England Journal of Medicine. 2020; 382:1103-1111.

Similar Posts